Senin, 28 Desember 2015

Laporan Kunjungan di Museum Ronggowarsito



LAPORAN FIELD TRIP MUSEUM RONGGOWARSITO
 Oleh: IFATUS SA’DIAH

Museum merupakan salah tempat yang berperan aktif dalam menjaga sejarah yang pernah dialami suatu bangsa. Museum Ronggowarsito menjadi salah satunya. Berbagai bukti sejarah hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah tersimpan rapi di dalam Museum tersebut.
Museum Jawa Tengah Ranggawarsita adalah museum yang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan budaya dan benda budaya Jawa Tengah. Museum ini diresmikan tanggal 5 Juli 1989 dan memiliki koleksi 59784 koleksi. Nama museum ini diambil dari nama seorang pujangga besar Keraton Surakarta Hadiningrat, Raden Ngabehi Ranggawarsita, yang patung perunggunya menyapa setiap orang yang memasuki tangga lobi Museum Ronggowarsito.
Museum Ronggowarsito terletak sangat strategis di dekat pusat kota Semarang, yakni di Jalan Abdulrahman Saleh nomor 1 Semarang, sehingga tidak heran akan banyaknya wisatawan yang mengunjungi museum tersebut guna sebagai sarana pendidikan. Museum Ronggowarsito merupakan museum kebanggaan masyarakat Jawa Tengah karena merupakan salah satu tempat yang melestarikan aset-aset budaya Jawa.
Tujuan dari pembuatan laporan field trip Museum Ronggowarsito adalah sebagai pengganti UTS pada Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa yang diampu oleh Dosen Pak M. Rikza Chamami, MSI. Adapun laporan yang di buat adalah untuk mengetahui koleksi-koleksi Museum Ronggowarsito, mendeskripsikan nilai budaya Jawa dalam beberapa aspek pada peninggalan di Museum Ronggowarsito, dan memahami salah satu aspek yang memiliki keterkaitan nilai Islam dalam budaya Jawa yang ada di Museum Ronggowarsito.
Koleksi-koleksi Museum Ronggowarsito
Museum Ronggowarsito terdiri dari 2 lantai dan 4 gedung utama, yaitu: gedung A, gedung B, gedung C dan gedung D. Adapun koleksi-koleksi pada Museum Ronggowarsito pada masing-masing gedung menceritakan sejarah yang berbeda-beda.
1.      Gedung A
            Lantai satu gedung A menyimpan wahana Geologi dan Geografi. Diwahana ini terdapat beberapa jenis bebatuan, seperti batu Kristal Kecubung, batu Kwarsa Omah Tawon, batu Jasper Pancawarna, dan jenis-jenis batuan lainnya.
            Lantai dua gedung A menyimpan wahana tentang Paleontologi (tentang zaman purba), beberapa koleksi yang ada seperti fosil kayu kuno, bebatuan dan masyarakat kuno juga tulang dan bagian-bagian hewan masa silam. Ada juga binatang langka yang diawetkan seperti bajing peluncur, babi hutan, kancil dan burung rajawali.
2.      Gedung B
            Lantai satu gedung B menyimpan peninggalan-peninggalan bersejarah dari enam periode, yang meliputi: peninggalan zaman peradaban batu, peradaban logam, peradaban polinesia, Hindu-Budha, peninggalan zaman pengaruh Islam, dan peninggalan zaman kolonial. Beberapa yang dipamerkan seperti: Lingga dan Yoni, arca-arca, Ketongan, kendhi, cermin perunggu, patung dewa, candi-candi yang ada di Jawa Tengah, miniatur masjid Agung Demak dan Menara Masjid Kudus, fragmen seni hias, bahan terakota, replika kaligrafi, ornamen masjid Mantingan Jepara, Mustaka masjid Mayong Jepara, salinan Alquran yang ditulis dengan tangan serta cerobong sumur dari Caruban Lasem yang sangat menarik.
            Lantai dua gedung B menyimpan wahana keramik dan batik. Dipamerkan berbagai jenis dan model keramik baik lokal maupun yang berasal dari cina dan Eropa. Selain itu, macam-macam kerajinan gerabah dan cara pembuatannya diperlihatkan dengan model diorama atau patung. Dibagian batik, dipajang berbagai motif batik yang ada di Jawa Tengah seperti Surakarta, Pekalongan, Lasem dan Banyumasan.
3.      Gedung C
            Lantai satu gedung C terbagi atas ruang bersejarah perjuangan bersenjata yang terbagi lagi atas koleksi benda-benda yang dipakai ketika zaman pertempuran dan Diorama perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan.
            Lantai dua gedung C terdapat ruang koleksi teknologi dan kerajinan tradisional, teknologi industri dan transportasi, dan beragam model kerajian rumahan.
4.      Gedung D
            Lantai satu gedung D memamerkan tentang pembangunan, numismatik, heraldik, tradisi nusantara, ruang intisari dan hibah seperti koleksi keris.
            Lantai dua gedung D terbagi atas ruang kesenian yang menampilkan koleksi benda dan peralatan kesenian. Seperti jenis-jenis wayang, beragam jenis gamelan, kuda lumping, barongan, dan seni musik.
Nilai Budaya Jawa dalam Beberapa Aspek pada Museum Ronggowarsito
1.        Aspek Filsafat
            Di dalam Museum Ronggowarsito ketika akan memasuki pameran di lantai satu terdapat lukisan Gunungan Blumbangan, yang mana gunungan ini merupakan simbol filosofis bagi masyarakat Jawa dalam rangka menegakkan sendi-sendi perkembangan dan proses pembentukan budaya masyarakat Jawa. Gunungan Blumbangan memiliki makna yang sangat mendalam di dalam kehidupan masyarakat Jawa, di mana untuk mencapai tujuan yang mulia pasti akan selalu mendapat rintangan.
2.        Aspek Pembangunan Ekonomi dan Politik
            Pada Gedung D lantai 1 tepatnya di ruang Era Pembangunan, terdapat koleksi yang menggambarkan dinamika pembangunan di Jawa Tengah. Pada bidang pembangunan ekonomi, digambarkan oleh koleksi yang berupa peragaan foto-foto kegiatan sektor industri, pertanian, transportasi, pertokoan dan pasar swalayan, pasar tradisional, dan aktivitas perbankan yang ada di Jawa Tengah pada masanya.
3.        Aspek Pembangunan Sosial Budaya
            Pada Gedung D lantai 1, penggambaran pada sektor pembangunan sosial budaya adalah dengan adanya pembinaan budaya bangsa berupa pemugaran candi, lomba, festifal, dan lain-lain.
4.        Aspek Arsitek
            Nilai budaya Jawa dalam sistem arsitektur diantaranya adalah seperti: candi-candi, miniatur menara Masjid Kudus, dan lain sebagainya, yang merupakan salah satu koleksi Museum Ronggowarsito yang memiliki corak dan bentuk bernilai budaya Jawa.
5.        Aspek Seni
            Kesenian yang terdapat di Museum Ronggowarsito di antaranya yaitu berbagai jenis wayang, gamelan, barongan, dan lain sebagainya, yang merupakan kesenian asli Jawa yang masih berkembang hingga kini.
Nilai Islam dalam Budaya Jawa pada Masjid Agung Demak
Sebagian besar masyarakat Indonesia beragama islam, dahulu islam berkembang sangat pesat di Indonesia tercatat dalam sejarah bahwa masuknya islam masih menjadi berita yang simpang siur dari masing-masing kelompok, ada yang mengatakan dari abad 7 masehi ada juga yang menyebutkan islam masuk ke Indonesia sejak abad ke 13 masehi. Namun yang jelas Islam di Indonesia berkembang sangat pesat dan meninggalkan bangunan, tradisi dan berbagai benda maupun karya sastra. Peninggalan-peninggalan bercorak Islam tersebut diantaranya adalah masjid.
Masjid merupakan bangunan islam yang paling menonjol, difungsikan sebagai tempat beribadah agama islam. Ada banyak masjid peninggalan Islam zaman dahulu diantaranya yaitu masjid agung demak yang mempunyai keunikan yaitu salah satu tiang di dalam masjid tersebut terbuat dari susunan tatal.
Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak ± 26 km dari Kota Semarang, ± 25 km dari Kabupaten Kudus, dan ± 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini memiliki historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat mempercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajar ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintaro. Sehingga dapat diketahui oleh kita bahwa pembangunan masjid Demak ini didirikaan oleh Walisongo. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Struktur bangunan Masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.
Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Kesimpulan
Museum Ronggowarsito merupakan museum kebanggaan masyarakat Jawa Tengah, yang memiliki banyak sekali koleksi yang tertata rapi di empat gedung. Koleksi-koleksi tersebut memiliki nilai budaya Jawa serta beberapa di antaranya juga memiliki nilai Islam.
Adapun salah satu seni arsitek yang terdapat di Museum Ronggowarsio adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak merupakan bukti penyebaran Islam oleh Walisongo di kabupaten Demak. Masjid yang didirikan oleh Raden patah dan menjadi tempat berkumpulnya Walisongo. Masjid Agung Demak juga menjadi pusat dari kota Demak.





1 komentar:

  1. The Casino, LLC in Santa Barbara, CA | Dr.MCD
    We 서귀포 출장안마 are 화성 출장샵 licensed and regulated by the California 의정부 출장안마 Lottery. Please visit our 전라북도 출장안마 website and be advised to use the casino is not licensed to operate any 충청북도 출장마사지 gaming

    BalasHapus